Sabtu, 02 Juni 2012

PERKUATLAH DINDING KOLAM QALBUMU


PERKUATLAH DINDING KOLAM QALBUMU

Anak-anakku, cucu-cucuku yang kucintai, mari kita pergi menengok sebuah kolam.
Di manapun jatuhnya hujan, airnya akan mengalir ke bawah dan terkumpul pada tempat-tempat yang kosong atau rendah di bumi, membentuk kolam-kolam.
Demikianlah, dengan cara yang mirip, Rahmat Tuhan mengisi kolam hati. Sebuah
ruang-kosong secara alami terbentuk di dalam diri kita sewaktu kita dijadikan/ diciptakan. Ia terbentuk dari kepercayaan dan keyakinan yang ajeg dari orang tua dan penghulu-penghulu kita, dan dari hubungan mereka yang terus-menerus dengan sigat-sifat dan af'al (tindakan-tindakan) Tuhan. Rahmat Tuhan adalah "air-segar" yang terkumpul dalam ruang-kosong alami ini, yang kemudian dapat memberikan mashlahat bagi semua kehidupan.

Anak-anakku semua, sekalipun secara alami engkau mungkin memiliki ruang-kosong seperti ini, sangatlah perlu untuk berada di bawah panduan dari seseorang yang memiliki HIKMAH, seorang Mursyid Sejati, seorang ayah yang akan mengajarimu bagaimana mendapatkan pasokan air-segar secara kontinyu. Dan seandainya saja engkau tidak memiliki ruang-kosong itu, maka ia akan memperlihatkan kepadamu bagaimana cara membuatnya. Ia akan menunjukkan di mana lahan yang cocok untuk dibangunnya kolam seperti itu kepadamu. Ia akan memilihkan suatu tempat di lubuk qalbumu, di mana telah terbentuk suatu cikal bakal tepian yang meninggi pada sisi-sisinya, dan merupakan awal dari suatu lubang di tengah-tengahnya. Kemudian sang ayah akan mengajarimu bagaimana membangun dinding-dinding penopang di sekitarnya agar air dapat terkumpul.

Dengan apakah dinding-dinding kolam itu dibangun? Dengan keyakinan, kepastian, determinasi (batas-batas) yang dikenal sebagai IMAN ; dengan upaya, kewaspadaan, konsentrasi, dan SIFAT-SIFAT dari Tuhan. Inilah bahan-bahan yang akan mengokohkan dinding-dinding itu. Engkau haruslah membangun kolam ini dengan bahan baku dari Tuhan. Persiapkanlah kolam ini di lubuk qalbumu sehingga air keagungan dapat terkumpul di sana ketika Rahmat dari Keadilan Tuhan, Rahmat dari Sifat, af'al dan tugas-Nya, Rahmat dari ilmu Ilahiyah -- 'ilm dari-Nya -- , sungai madu dan sungai susu mengalir masuk. Kolam itu haruslah kuat agar semua air itu dapat tertampung.

"Anak-anakku," sang Mursyid akan memperingatkanmu, "Apabila engkau tidak
membangun dinding-dinding ini dan memperkuat kolammu, maka badai, topan, banjir, dan gempa bumi akan meruntuhkannya." Dan ketika kekuatan-kekuatan penghancur ini tengah menyerangmu, sang mursyid akan memusatkan perhatiannya kepadamu, dan berkata, "Engkau harus memiliki determinasi ! Engkau harus berdiri kukuh ! Tambahkanlah lebih banyak lagi cinta dan kasih sayang Tuhan untuk memperkuat dinding-dinding kolam. Berikanlah semua pertanggungjawaban kepada DIA yang memang bertugas memikul tanggung jawab. Karena badai tengah menjelang, perkuatlah kolam itu ! Perkuatlah sifat-sifat baikmu !"

Dinding-dinding kolam boleh jadi mengalami guncangan yang hebat ketika topan dari lima unsur, gelombang wahm (sesuatu hal yang kita yakini dan tumbuh menjadi thoghut dalam diri tanpa disadari, red.), turbulensi syahwat dan godaan pikiran menyerbu dirimu. Keselamatan kolammu terancam oleh egoisme, kecemburuan, dendam, pengkhianatan, perbuatan jahat, pembunuhan, pembalasan, keragu-raguan, iri hati, kemunafikan, fitnah, gairah, kepalsuan, pencurian, dan sedemikian banyak kejahatan dirimu lainnya. Untuk setiap sifat kotor ini, syaithan akan menyerbu ke arahmu : kepada jiwamu, kebenaran, pengabdianmu kepada Tuhan dan peng-Agung-anmu terhadap-Nya, juga terhadap kebijaksanaan yang terbangunkan (karena Rahmat-Nya), atau dikenal
dengan istilah "gnanam".

Sang Mursyid akan mengusir kejahatan-kejahatan dirimu itu agar hal-hal yang baik dapat diselamatkan. Ia akan bersikap keras kepadamu dalam saat-saat yang penuh bahaya, karena ia mengetahui bahwa semua yang dapat menghancurkanmu sedang muncul dengan pesatnya. Ia akan mengecam keterikatan-keterikatan yang mencincang pikiran dan kehendakmu, nasabmu, segala keterkaitan kepada agamamu, suku bangsamu dan keluargamu. Pada saat-saat seperti itu, seolah-olah "ayahanda-hikmah"-mu itu telah melukaimu. Boleh jadi ia memelototimu , atau menghukummu dengan kebijaksanaannya, akan tetapi sebenarnya ia sama sekali sedang tidak berusaha mencederaimu. Ia tengah menghancurkan kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha menelanmu.

Pada mulanya, tindakan-tindakan sang Mursyid boleh jadi terasa menyakitkan. Akan tetapi, apabila engkau tabah menerimanya, akan engkau pahami itulah yang terbaik bagimu.

Apabila engkau tetap bersabar, maka ketika kemudian engkau meninjaunya kembali, akan engkau lihat segala sesuatu yang akan membunuhmu telah terbaring tewas di sekitarmu. Akan engkau lihat bangkai-bangkai anjing, harimau, singa dan beruang yang semula datang untuk membunuhmu. Akan engkau lihat pula berbagai macam makhluk kegelapan yang berbahaya, datang kepadamu untuk menghancurkan / menggagalkan kelahiranmu ke tingkatan (maqam) yang lebih tinggi.

Jika engkau menyimpang ke arah yang mana saja dari mereka ini, mereka akan menghancurkanmu. Itulah sebanya engkau harus memiliki keyakinan (kuat) kepada Tuhan dan kepada Mursyidmu. Ia yang membuatmu membangun kolam itu untuk melindungi hidupmu sendiri, jiwamu, tugas-tugasmu, dan tindakan-tindakanmu, untuk mencegah agar mereka itu tidak hancur berantakan. Kebijaksanaan itu haruslah menghantam tanah dan batu agar mereka itu menjadi padat. Dan ketika kebijaksanaan itu tengah menghantammu (menempamu), setiap bagian dari diri haruslah tegar dalam shabar, syukur, tawakal, dan tahmid. Ketika engkau dalam kesakitan berpalinglah kepada keyakinan, kepastian dan determinasi tadi. Barulah kemudian engkau memiliki kekuatan untuk menerima hantaman tersebut.

Seandainya engkau malah mengeluh, "Aduh sakitnya..." dan melarikan diri dari kekayaan kolam itu, dari kekayaan saling tolong-menolong sesamamu, maka sang Mursyid akan memberitahukan kepadamu demikian, "Jika engkau memiliki kebijaksanaan, engkau akan kembali. Akan tetapi, jika kejahilan tetap bertahan pada dirimu, maka engkau akan pergi dan tidak pernah akan kembali."

Inilah yang akan dikatakan sang Mursyid kepadamu. Jika engkau bertahan dengan kukuh, engkau akan berada di dalam sang Mursyid, ia akan berada di dalam dirimu, dan Tuhan akan berada di dalam dirimu berdua. Kolammu akan dipenuhi dengan madu keagungan dan susu gnanam (kebijaksaan) yang dapat memberi makan semua kehidupan, menghilangkan dahaga mereka, dan dapat memuaskan kelaparan dari jiwa mereka, hidup mereka, perut mereka, karma mereka, dan ilusi mereka. Engkau akan mengetahui bagaimana caranya mengusir semua yang buruk-buruk, dan hanya mengambil yang baik-baiknya saja.

Engkau akan menjadi seseorang yang dipelihara Tuhan, tinggal di dalam Kerajaan-Nya dengan sifat-sifat-Nya. Di dalam alam jiwa, di dalam alam ini (raga), dan di dalam Kerajaan Tuhan, engkau akan menjadi yang DIA pelihara, hidup bersama dengan khazanah-Nya. Untuk keperluan inilah, wahai Anakku yang kucintai, Sang Mursyid akan (membantu) membentuk kolam kebijaksanaan yang dibangunkan (kolam gnanam) di dalam qalbumu.

Segala sesuatu yang menyerang dan meremukkan hatimu akan dihancurkan oleh Panah Tajam Kebijaksanaan sang Mursyid. Agar panah itu dapat menghancurkan mereka yang datang menyerangmu, haruslah panah itu menembus memasuki hatimu. Seakan-akan tampaknya panah itu menembus hatimu, namun sesungguhnya ia membunuh sifat-sifat burukmu tersebut. Panah itu sendiri tak akan membunuhmu. Boleh jadi, panah itu akan mengusapmu ketika ia melesat lewat, tetapi ia hanya akan membunuh musuh-musuhmu dan musuh-musuh Tuhan.

Janganlah sampai terlintas dalam pikiranmu bahwa terdapat permusuhan antara dirimu dan ayahanda hikmahmu itu. Ayahandamu itu hanya menyerang kejahatan yang memisahkanmu dengan Tuhan. Ia berupaya untuk menyelamatkan kesatuan itu.

Cucu-cucuku yang tersayang, renungkanlah hal ini dan bangunlah sebuah kolam kebijaksaan, sehingga semua orang dapat minum dari keagungannya, menghilangkan dahaga mereka, dan mencuci bersih debu kotoran mereka. Semua yang melakukan hal ini akan mendapatkan khazanah kekayaan Allah yang memberikan ketentraman kepada jiwa.

Cucu-cucuku tersayang, semoga Allah Ta'ala menolongmu memperkuat dinding-dinding kolam qalbumu. Amin.

(selesai ; diterjemahkan dari "Come To The Secret Garden" : Muhammad Rahiim
Bawa Muhaiyaddiin)

Wassalaamu'alaikum wR.,
-- n. kirana --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar